assalamu alaikum wr wb

~~INDIGO = MY NAME = NILA~~

~~GREEN = ONE OF MY FAV.COLOUR~~

~~INDIGO GREEN = INDONESIA GO GREEN~~

Jumat, 04 Maret 2011

MENJADI ORANG TUA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Tadi malam barusan nonton film india Taare zameen par, bercerita tentang seorang anak yang berkebutuhan khusus “dyslexia” (http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia). Dulu juga pernah nonton film My sister keeper yang bercerita tentang seorang anak yang menderita kanker. Di keluarga saya dan di keluarga rekan kerja saya juga ada anak yang berkebutuhan khusus seperti ADHD (http://id.wikipedia.org/wiki/ADHD) dan autisme (http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme). Contoh dikalangan selebritis juga ada, seperti di keluarga Dewi Yull yang mempunyai 2 anak tuna rungu.

Bicara tentang anak juga berbicara masalah orang tua, anak “berkebutuhan khusus” memerlukan ekstra-ekstra perhatian dari orang tua dibandingkan anak “normal”, bahkan lebih dari dua kali lipat. Sehingga wajar kalau saya sangat salut buat semua orang tua yang selama ini berjuang penuh buat anak-anak mereka yang “berkebutuhan khusus” ini.

Istilah anak “berkebutuhan khusus” bagi anak-anak tersebut bukan berarti anak-anak “normal” tidak mempunyai kebutuhan khusus. Karena Maha Kreatifnya Allah, tidak ada makhluk yang identik, jangankan sesama “normal” bahkan yang kembar identik pun tidak sepenuhnya identik, karena itu orang tua dituntut memberikan perhatian khusus ke masing-masing anak-anak, karena beda anak beda potensi, beda anak beda kondisi. 

Selain itu yang juga harus selalu diingat setiap anak punya perasaan setiap anak punya pemikiran, berhati-hatilah berlaku dan berkata, jangan sampai menyinggung perasaan dan harga diri mereka, salah satunya dengan membanding-bandingkan mereka dengan yang lain, jangan dengan orang lain, dengan saudara mereka pun jangan, jangankan membandingkan dari segi fisik, bahkan dari segi attitude atau akademis pun diusahakan jangan. Hal ini bukan berarti membiarkan mereka tumbuh tanpa kontrol, akan tetapi hanya mengubah kemasan dari keinginan kita. Contoh yang harus dihindari seperti : “adikmu lebih cantik dari kamu”, atau “tuh lihat kakak kamu selalu juara”, tetapi ubahlah dengan : “anak mama dua-duanya bikin mama bangga, nanti kakak belajar merapikan diri ya biar tambah cantik, dan adik belajar dari kakak biar jadi tambah pintar. Dengan cara ini, mereka tidak akan sakit hati, tidak akan berontak, tidak menimbulkan perasaan permusuhan atau persaingan antar saudara, tidak menekan potensi mereka, tidak akan depresi atau rendah diri, namun memiliki semangat dan keyakinan memperbaiki diri.

Jadi ingat ketika saya sedang gundah, kemudian bertanya kepada seorang sahabat yang biasa kupanggil aa, ”A, kira-kira orang tuaku bangga gak punya anak seperti aku?”, si aa menjawab “iya, mereka bangga”, air mata saat itu spontan mengalir, lega rasanya mendengar jawaban itu, meski saya tahu kalau si aa memang biasa menjawab dengan hal-hal yang manis untuk menghibur. Sekarang saya berpikir, apa sih yang membuat orang tua bangga kepada anaknya? Apakah hanya masalah attitude, nilai-nilai akademis, atau apa? Lalu bagaimana dengan anak-anak “berkebutuhan khusus” itu, apakah mereka tidak pantas menjadi kebanggaan orang tuanya? Apakah mereka hanya beban bagi orang tuanya?

Beda potensi dan beda kondisi, karena keterbatasan ilmu kita dan kepicikan kita mungkin saja kita tidak tahu  potensi apa yang “mereka” miliki dibalik kondisi “mereka”. Sebagai contoh tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia : Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, Lee Kuan Yew dan Vanessa Amorosi. Jadi bagaimana pun kondisi anak kita, kita harus tetap bangga dengan mereka dengan keyakinan mereka pasti mempunyai potensi luar biasa tinggal kita sebagai orang tua yang bisa mengeksplorasinya atau tidak.

Mencoba untuk selalu berpikiran positif untuk semua hal. Allah Maha Adil dan Maha Mengetahui. Berkeyakinan bahwa Dia Yang Paling Tahu apa yang terbaik bagi kita, termasuk bagi orang tua yang diberi amanah anak-anak yang “berkebutuhan khusus”, mungkin Allah berpendapat bahwa orang tua tersebut memang orang tua yang hebat yang bisa dititipi amanah demikian, selain menjadi inspirasi bagi orang tua yang lain, anak-anak tersebut juga menjadi pintu surga bagi orang tuanya. Memang mudah berkata bagi orang yang tidak merasakannya seperti diri saya, tapi kita mesti meyakini lagi bahwa Allah Maha Adil, sebagaimana anak-anak “berkebutuhan khusus” ini menjadi pintu surga bagi orang tuanya, mereka juga bisa menjadi pintu surga bagi kita semua asalkan kita mau. Mau berbagi perhatian dengan mereka, mau memperlakukan mereka dengan pantas, mau belajar tentang kehidupan melalui mereka, bahkan bagi mereka yang mempunyai profesi-profesi potensial juga dapat membantu masalah mereka dalam artian dan jangkauan yang lebih luas, pemerintah sebagai pemegang kebijakan, penulis sebagai pembuka wawasan, dokter sebagai terapis, ilmuwan sebagai pencari penyebab dan solusi, pengusaha sebagai donatur, guru sebagai pendidik, dan banyak profesi lainnya yang belum saya sebutkan. Mereka media kita semua untuk belajar dan beribadah.

Semoga kita semua menjadi makhluk yang cerdas, cerdas dalam bersyukur, cerdas dalam membaca tanda-tanda kekuasaanNya baik yang tersurat maupun yang tersirat. Amiin..........


Kesimpulannya, selalu berpikiran positif dan terbuka, selalu bertindak positif dan aktif, dan selalu berkeyakinan bahwa Allah Maha Pengasih, Penyayang, Maha Adil, dan Maha Tahu.

Wallahu alam bishshawwaf..............
Semoga bermanfaat.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar